Daging kambing rupanya punya tempat tersendiri, terutama di kalangan kaum pria. Katanya, daging ini dipercaya ampuh mendongkrak potensi seks pria.
"Awas, jangan kebanyakan makan 'kambing', nanti sakit maag!" Mendengar kata "mah", yang terpikir langsung penyakit maag atau lambung, yang gejalanya tak mengenakkan itu. Rupanya, si penutur hanya mau melucu: berkat makan sate kambing, gulai, atau tongsengnya - apalagi dicampur "torpedo"-nya - kaum pria dijamin malam-malam akan membangunkan istrinya yang sedang tidur, Ma(h) ... Ma(h) ..., bangun Ma(h)!
Anekdot itu dilatarbelakangi asumsi bahwa daging kambing ataupun masakan olahannya bisa meningkatkan gairah pria begitu tingginya sampai ia harus membangunkan istrinya malam-malam.
Entah bagaimana ceritanya, daging kambing dipercaya mempunyai kemampuan aprodisiak. Yang jelas anggapan itu sudah lama berkembang di masyarakat. Setelah makan sate kambing setengah matang buatan Pak Gito yang keliling di kompleks perumahan atau Kang Asep di warung sate, seorang pria jadi perkasa di hadapan istrinya. Makin sip lagi, katanya, setelah makan sate lalu menenggak minuman beralkohol macam bir, sampanye, wiski, atau tuak.
Pantasan Pak Darno, yang sudah berumah tangga sepuluh tahun lebih itu, sering minta istrinya membeli sate kambing sampai belasan tusuk. Sayangnya, Bu Darno nggak mau buka mulut kalau ditanya dampak yang dirasakannya setelah sang suami melahap sate kambing. Mungkin saja Pak Darno termasuk salah satu "korban" mitos daging kambing sebagai aprodisiak. Atau, korban "kuku bima", kurang kuat bini marah. Namun, siapa tahu dia punya bukti empiris soal khasiat daging ternak ruminansia kecil ini.
Sensasi, bukan potensi
Kalau diamati, secara fisik sekerat daging kambing tak jauh beda dibandingkan dengan daging merah lainnya dari domba, sapi, dan kerbau. Dibandingkan dengan daging domba umpamanya, keduanya sama-sama bertekstur halus. Warna dagingnya pun tak terlalu berbeda meskipun daging kambing biasanya berwarna lebih pekat.
Kandungan gizinya, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, juga tak jauh berbeda. "Komposisi gizi semua daging (merah) kurang lebih mirip-mirip. Perbedaan ada, tapi tidak terlalu jauh," jelas Dr. Muhilal dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Bogor. Perbandingan kandungan asam lemak jenuh daging kambing dan daging sapi umpamanya, sangat sedikit perbedaannya. Begitu pula, asam lemak tak jenuhnya.
Perbedaan mencolok dengan daging ternak lain justru aromanya. Daging domba, sapi, atau kerbau beraroma amis saja, sedangkan daging kambing beraroma menyengat (orang Jawa bilang prengus). Selain itu, lemaknya lebih putih dan keras.
Kalau banyak orang suka sate kambing setengah matang, sebenarnya itu lebih menyangkut selera. Nilai gizinya tak terlalu berbeda dengan yang matang betul. "Justru yang telah mengalami proses denaturasi (perubahan dari mentah menjadi masak, Red.), proses pencernaannya lebih mudah. Yang baik ya yang sedang, jangan terlalu mentah atau sampai hangus," tambah Muhilal.
Munculnya pengaruh pada kaum pria, mungkin karena faktor sugesti dari mereka yang mengkonsumsi sate kambing. "Kalau sudah terkena sugesti, akibatnya orang itu juga mengalami sugesti tadi," tutur Muhilal yang juga dibenarkan oleh dr. Handrawan Nadesul.
"Tapi apa yang dikatakan orang soal daging kambing dapat meningkatkan potensi seksual seseorang ada kemungkinan benar. Orang menyatakan begitu 'kan berdasarkan pengalaman nenek moyang. Tapi kalau kita kaji secara ilmiah harusnya 'kan diteliti dulu. Tapi data itu tidak ada, sehingga dasarnya saling percaya saja," jelas Dr. Muhilal.
Sebaliknya, ahli gizi ini kurang sependapat dengan kemungkinan keperkasaan seorang pria setelah makan sate kambing akibat energi yang diperoleh dari lemak sate. Penjual sate memang sering kali menyisipkan potongan lemak di antara potongan daging. Energi tambahan itu lebih mungkin diperoleh dari bir yang diminum bersamaan dengan makan sate kambing tadi. Menurutnya, bir merupakan sumber energi cepat tersedia bagi tubuh.
"Kalau kita makan daging 'kan perlu dicerna dulu. Lemak memerlukan waktu pencernaan setengah jam dan karbohidrat setelah dua jam, maka bir cuma perlu beberapa menit. Sedangkan untuk diserap sebagai energi, daging perlu waktu berjam-jam, sementara bir cuma dalam beberapa menit." Makanya, setelah minum bir dalam jumlah secukupnya, tidak berlebihan, seseorang bisa merasakan segar karena mendapat pasokan tenaga dari bir.
Dari segi farmakologi, bisa jadi daging kambing mengandung senyawa mirip hormon seks pria. Namun, sampai saat ini belum ditemukan dasar ilmiah untuk menyatakan daging kambing bisa meningkatkan potensi seksual kaum pria macam Pak Darno. Lagi pula, dampak yang ditimbulkannya tak bisa dalam waktu singkat.
Pada dasarnya orang yang sudah menurun potensi seksualnya tidak dapat langsung naik potensinya hanya dengan makan daging kambing ditambah bir. "Yang berperan dalam membantu meningkatkan potensi seksual itu adalah hormon," jelas dr. Handrawan Nadesul.
Yang didapat oleh mereka yang memakai makanan atau minuman aprodisiak itu bukan peningkatan potensi, tetapi lebih pada sensasi seksual. Akibat sensasi tentu saja seseorang jadi bergairah. Tetapi, potensi tetap saja segitu-segitu juga.
Sementara, kalau orang bilang sate torpedo (skrotum) juga bisa meningkatkan potensi seksual pria, mungkin ada benarnya. "'Kan di situ jelas tempatnya hormon seks jantan," jelas Muhilal. Dengan mengkonsumsinya, seseorang mendapat tambahan hormon seks sehingga ada kemungkinan potensi seksualnya meningkat.
Harus tetap hati-hati
Meski hubungan daging kambing dan potensi seks seorang pria masih diliputi misteri, toh penelitian ilmiah untuk mengetahui pengaruh buruknya terhadap kesehatan sudah sering dilakukan. Itu pun tak selalu terbukti.
Kalau bertahun-tahun lamanya orang beranggapan daging kambing jadi biang keladi munculnya penyakit tekanan darah tinggi, maka penelitian Prof. dr. Harun Rasyid Lubis dari Univ. Sumatra Utara, Medan dan Prof. Boedi Darmojo dari Univ. Diponegoro, Semarang menunjukkan hasil berbeda. Ternyata, daging kambing bukan menjadi penyebab timbulnya tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Meskipun begitu kita jangan lantas main hantam terus makan daging kambing. Soalnya, bagi mereka yang berkecenderungan mudah terserang hipertensi atau kolesterol, daging kambing dan daging-daging lain dari jenis daging merah menduduki tempat keempat sebagai makanan yang berkadar kolesterol tinggi. "Yang paling tinggi kadar kolesterolnya adalah otak, kemudian jeroan, kulit, terakhir baru daging," papar dr. Handrawan.
Yang perlu diperhatikan justru konsumsi lemaknya. Kalau sate kambing yang berlemak banyak dikonsumsi, sering kali itu menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kolesterol darah.
Sementara, bila santapan sate kambing dipadukan dengan minuman beralkohol, pengaruh buruk lainnya bakal muncul. Pasalnya, pasangan kolesterol - alkohol bisa mempersempit pembuluh darah bagian bawah tubuh, terutama yang mengaliri si "buyung". Bapak-bapak yang biasanya sehat-sehat saja, setelah makan sate kambing plus minuman keras bisa saja jadi impoten. Alkohol memang merangsang, namun setelah itu malah bikin syahwat kendur. Kerja hati, ginjal, jantung, dkk. pun jadi lebih berat.
Kalaupun dirasakan adanya efek tubuh yang menghangat dan peningkatan gairah, mungkin lantaran pengaruh bumbu-bumbunya yang cenderung pedas dan merangsang, macam cabai, cengkih, jahe, lengkuas, merica, dsb.
Jadi, kalau seseorang merasa potensi seksualnya meningkat setelah makan sate kambing dan bir, bisa saja karena sugesti akibat pandangan orang soal keampuhan daging kambing, karena dagingnya, atau karena birnya. Karenanya, tak perlu terlalu banyak berharap pada daging kambing bila Anda, kaum pria, ingin perkasa di hadapan istri tercinta. Kebugaran tubuh, kebugaran seksual, dan kondisi psikologis yang baik secara ilmiah telah terbukti mampu membuat potensi seksual seseorang, pria maupun wanita, pada kondisi optimal.
#sumber: intisari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar