Rabu, 22 Juli 2009

Tiktok yang rendah lemak

Share Berbagilah kebaikan dengan mensharing artikel ini melalui FB anda.

Itik jantan kawin dengan entok betina sudah lumrah. Tetapi perlu teknik tersendiri untuk mengawinkan itik betina dengan entok jantan yang melahirkan tiktok ini
Russanti Lubis
Tiktok, apaan tuh? Bunyi jamkah? Bukan, melainkan anak hasil kawin suntik antara itik betina dengan entok jantan. Mungkin bagi sebagian masyarakat kita, nama ini terdengar asing. Tetapi, akan terdengar akrab di telinga, jika kita menyebut nama lainnya yaitu serati, beranti, togri, ritog, tongki, atau mandalung. Di samping itu, perkawinan antara itik dengan entok juga bukan sesuatu yang aneh, sebab di alam perkawinan antara itik jantan dengan entok betina sering terjadi.
“Kebetulan kromosom (sel pembawa sifat, red.) mereka sama jumlahnya, sehingga dalam perkawinan tersebut sangat mungkin terjadi pembuahan. Tetapi, anak yang dilahirkan akan steril atau mandul. Di sisi lain, bobot tubuh entok betina lebih ringan daripada entok jantan, seukuran itiklah,” jelas Falinus Simanjuntak, pencetus istilah Tiktok.
Namun, pria yang akrab disapa Linus ini melanjutkan, berbeda dengan tiktok yang merupakan hasil perkawinan antara entok jantan dengan itik betina. Perkawinan ini sebenarnya impossible terjadi, mengingat ukuran dan bobot entok jantan yang jauh lebih besar dan berat daripada itik betina. Karena itu, dilakukan dengan kawin suntik (artificial insemination). Di samping itu, perkawinan antara entok jantan (rata-rata berbobot 5 kg) dengan itik betina (rata-rata berbobot 1,5 kg) akan menghasilkan tiktok seberat minimal 3 kg. Sedangkan perkawinan entok betina (rata-rata berbobot 1,5 kg) dengan itik jantan (rata-rata berbobot 1 kg) hanya akan menghasilkan bebek salah-salah, begitu istilah yang digunakan masyarakat Tanjung Balai, seberat 1 kg.
Bebek betina akan bertelur selama tiga hingga empat bulan. Telur-telur yang dihasilkan bebek betina yang telah disuntik sperma entok, tetap dianggap sebagai telur bebek. Karena selama ini bebek selalu diternakkan, maka mereka sudah “lupa” caranya mengerami sehingga harus dibantu dengan mesin tetas. Uniknya, bila telur bebek menetas setelah 28 hari “dierami” dan telur entok menetas pada hari ke-35, maka tiktok akan menetas pada hari ke-32 (28 hari + 35 hari = 63 hari : 2). “Jika diberi makan makanan yang berkualitas, induk tiktok ini mampu berproduksi hingga 70%

(120 hari x 70% = 84 butir),” kata mantan Direktur Kebun Binatang Ragunan ini.
Perlu diketahui, itik betina mampu bertelur sejak berumur enam bulan sampai berumur 2,5 tahun. Pada tahun pertama, mereka mampu menghasilkan 90% (100 butir). Tetapi, setelah berumur lebih dari 2,5 tahun, produksi telurnya akan menurun hingga 20% (24 butir). “Biasanya, saat produksi telurnya menurun 40% hingga 20%, di kalangan peternak berarti tanda bahwa masa hidupnya harus diakhiri. The time is up,” imbuhnya.
Dalam budidaya tiktok, ia menambahkan, tidak harus menggunakan bebek dan entok jenis tertentu, tetapi yang berasal dari bibit unggul, sehingga dagingnya mulus dan tampak bagus. “Saya sarankan kalau bisa tiktoknya berbulu putih mulus. Sebab, dagingnya yang juga putih mulus akan tampak lebih menarik bagi konsumen. Hal ini hanya akan terjadi bila yang dikawinkan adalah entok jantan dan bebek betina yang keduanya berbulu putih. Saat ini, saya sedang mengawinkan bebek Peking (yang pada dasarnya memang berbulu putih dan berukuran besar) dengan bebek biasa (kalau bisa bebek Alabio), sehingga nantinya akan dihasilkan Peking Alabio atau Peking lokal dengan aneka macam warna. Setidaknya, Peking lokal ini memiliki 50% gen bulu putih. Selanjutnya, Peking lokal betina dikawinkan dengan entok jantan berbulu putih, sehingga lahirlah tiktok yang cenderung berbulu putih mengingat mereka memiliki 75% gen bulu putih. Selain itu, daging mereka pun cenderung lebih besar,” ucap pemilik 400 bebek dan 40 entok ini.
Selain mempunyai daging yang besar, tiktok juga rendah lemak (hanya 1% di bagian dada dan 1,5 % di bagian paha sedangkan ayam broiler 1,3% di bagian dada dan 6,8% di bagian paha, red.) dan pemakan segalanya sehingga cost production-nya pun rendah. “Dagingnya lebih enak dan empuk daripada daging ayam atau bebek,” ujar Linus yang secara rutin memasok tiktoknya ke rumah makan di kawasan Kemang dan Pancoran, serta menjual 100 ekor/minggu ke para petani di sekitar tempat tinggalnya yaitu Desa Bedahan, Sawangan, Depok.
Tiktok juga mewarisi daya tahan induknya terhadap berbagai virus yang menyerang unggas, virus flu burung misalnya. “Virus flu burung lebih banyak menyerang ayam dan burung puyuh, sedangkan pada itik tidak berpengaruh banyak. Dalam hal ini, bebek hanya sebagai reservoir, mediator, atau perantara ke pihak lain. Kondisi ini memudahkan para petani atau peternak untuk memeliharanya dan dalam skala kecil tidak akan berdampak kerugian apa pun,” imbuh Linus yang telah mengembangkan tiktok sejak tahun 2001. Nah, tunggu apa lagi.


majalahpengusaha.com

.::Artikel Menarik Lainnya::.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar