Berlin -Di sudut jalan Feldzeugmeisterstrasse, azan berkumandang dari Masjid Al Falah IWKZ e.V. Umat muslim Indonesia sudah 25 tahun memberikan sumbangsih untuk masyarakat Berlin yang multikultural.
Masjid Indonesia adalah salah satu dari sekitar 80 masjid yang ada di Berlin. Keberadaan masjid ini menjadi pusat kegiatan umat muslim Indonesia di Berlin dan sekitarnya. Menurut Ketua Masjid Al Falah, Makky Sandra Jaya, keberadaan masjid Indonesia di Berlin sudah dirintis sejak 1984.
“Para mahasiswa Indonesia saat itu bekerja sama mendirikan Masjid Al Falah,” ujar Makky kepada detikRamadan, Senin (31/8/2009).
Masjid Al Falah awalnya menggunakan sebuah apartemen seluas 90 m2 di jalan Melangtongstrasse. Al Falah terus berkembang dan pada 2006 akhir menjadisebuah yayasan yang terdaftar resmi di Departemen Kehakiman.
Namanya menjadi Indonesisches Weisheits und Kulturzentrume.V. (IWKZ e.V.). Sejak 2007, Mesjid Al Falah pun menempati gedung baru di Feldzeugmeisterstrasse seluas 215 m2.
“Bangunannya dulu klub malam dan sebelahnya tempat pijat. 2 Bangunan ini disatukan dan direnovasi 3 bulan menjadi masjid yang cukup luas,” jelas Makky.
Dengan semangat membuka diri, Masjid Al Falah ingin memberikan kontribusi untuk masyarakat Berlin yang lebih luas. Al Falah tergabung dengan jaringan masjid-masjid Berlin di Initiative Berliner Muslime (IBMUS),dan juga paguyuban lintas budaya dan agama di Buergerplatform Wedding-Moabit.
Yang membanggakan, Al Falah ikut dipilih mewakili umat Islam dalam Komisi Integrasi Departemen Dalam Negeri Jerman.
“Menjadi muslim Indonesia memiliki berkah tersendiri. Kita dilihat sebagai wajah muslim yang penuh toleransi. Pemerintah Jerman ingin belajar mengenai kerukunan beragama dan Indonesia sering dijadikan rujukan,” kata pakar geofisika ini.
Makky menjelaskan Al Falah juga berhubungan baik dengan warga Jerman di sekitar masjid. Ada Open Day setiap tahun, di mana warga Berlin ramai-ramai mengunjungi masjid. Umat Muslim di Berlin, walaupun ada berbagai bangsa tapi selalu kompak mulai dari mendukung Palestina dan mengecam teror bom di Indonesia.
Bahkan mereka bisa menyepakati Ramadan dan Idul Fitri bersama, suatu hal yang kadang sulit dilakukan di Tanah Air.
“Di sini 80 persen adalah Turki, sisanya ada Arab, Maroko, Bosnia, Indonesia dll. Alhamdulillah kita bisa menyepakati metode Hisab untuk penentuan 1 Ramadan,” jelasnya.
Makky sangat optimis melihat perkembangan Islam di Jerman. Al Falah bersama IBMUS kini sedang memperjuangkan ke Dewan Kota Berlin untuk menjadikan Idul Fitri dan Idul Adha menjadi hari libur lokal di Berlin.
“Kita bisa maju dengan dukungan segenap pengurus masjid, KBRI dan masyarakat Indonesia. Kami ingin berintegrasi dengan kultur Jerman dan tetap menjaga akar Indonesia,” pungkas Makky.
(fay/nwk)
detikramadhan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar