Senin, 03 Agustus 2009

Plus minus persalinan dalam air

Share Berbagilah kebaikan dengan mensharing artikel ini melalui FB anda.

Banyak cara yang dilakukan oleh para ibu hamil untuk mengurangi rasa nyeri yang akan menyerang saat proses persalinan. Kini waterbirth (persalinan dalam air) banyak dipilih oleh perempuan hamil untuk melahirkan.

Waterbirth adalah proses melahirkan di dalam air, pada proses tersebut ibu yang akan melahirkan berendam dalam suatu bak berisi air hangat yang steril hingga melahirkan. Air dipercaya memiliki efek pengobatan dan dapat memperpanjang kehidupan.

"Air mempengaruhi efek gravitasi, dimana dengan adanya perbedaan berat jenis antara manusia dengan air, maka tubuh manusia akan merasa lebih ringan bila berada di air," ujar Dr. med. dr. Damar Pramusinto, SpOG(K), dalam acara seminar Persalinan Tanpa Nyeri Persalinan Nyaman di Aula FK-UI, Jakarta.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa melahirkan di air tidak memberikan efek luaran yang berbeda dengan melahirkan di darat. Berendam di air juga menjadi cara yang aman untuk mengurangi edema dan menurunkan tekanan darah.

"Air hangat yang digunakan akan membuat otot-otot menjadi lebih rileks dan nyeri akan terasa berkurang," tambahnya. Air hangat juga akan membuat pembuluh darah melebar dan meningkatkan hantaran saraf, metabolisme jaringan setempat, dan meningkatkan suhu jaringan.

Persalinan di air yang didampingi dengan tenaga kesehatan akan menurunkan keperluan

intervensi obstetri dan merupakan alternatif strategi mengatasi nyeri. Untuk persalinan normal, berendam dalam air akan mengurangi pemberian analgesia dan meningkatkan kepuasan.

"Peningkatan rasa nyaman pada sang ibu akan membuat rasa cemas berkurang dan mengurangi produksi hormon stres (katekolamin dan noradrenalin), dan meningkatkan hormon oksitosin dan endorfin sehingga persalinan menjadi lebih lancar," ungkap dokter yang juga sebagai Staf Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM.

Tapi risiko yang bisa dihadapi jika melakukan persalinan di air adalah terjadi peningkatan risiko infeksi, sulit untuk mengontrol jumlah darah yang hilang, memonitor janin lebih longgar dan kadang kontraksi menjadi tidak efektif.

Sementara pada bayi memiliki risiko seperti aspirasi air (air masuk ke paru-paru), hipoksia (kekurangan oksigen), peningkatan infeksi, dan keterlambatan pertolongan bila terjadi sesuatu yang gawat pada janin. Pada proses ini juga boros dalam penggunaan air.

Dr. Damar juga mengingatkan, ibu yang ingin melahirkan di air sebaiknya kehamilannya adalah kehamilan tunggal. Ibu tidak memiliki kontraindikasi untuk melahirkan di air, pastikan bahwa janin sejahtera, dan tidak punya riwayat melahirkan secara cesar.

Saat melahirkan di air ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Ibu harus cukup minum supaya tidak dehidrasi.
2. Temperatur air antara 35-38 derajat Celcius, supaya tetap nyaman, mencegah dehidrasi, dan pemanasan berlebih.
3. Harus ada yang mengawasi selama ibu berada di bak.
4. Bila ibu berendam lebih dari 2 jam, efisiensi kontraksi dapat berkurang.
5. Bokong dapat diangkat dari air untuk mendengarkan denyut jantung janin atau untuk pemeriksaan persalinan.
6. Penolong harus menggunakan pelindung diri yang memenuhi syarat untuk mencegah infeksi.
7. Setelah bayi lahir, segera dibawa ke permukaan.


Sebelum memutuskan untuk melakukan persalinan di air, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter untuk mengetahui apakah ibu memenuhi syarat untuk melakukannya. Pastikan bahwa bak yang akan digunakan benar-benar steril dan terawat serta menggunakan air mengalir.

health.detik.com


.::Artikel Menarik Lainnya::.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar