Senin, 03 Agustus 2009

bagaimana cara bersyukur

Share Berbagilah kebaikan dengan mensharing artikel ini melalui FB anda.

Apakah kita telah menjadi hamba yang bersyukur dan apakah cara kita bersyukur telah benar ? semoga artikel dibawah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bagaimana cara Bersyukur..?

Rasulullah shollallahu Alaihi Wa Sallam dikenal sebagai abdan syakuura (hamba Allah yang banyak bersyukur). Setiap langkah dan tindakan beliau merupakan perwujudan rasa syukurnya kepada Allah.Suatu ketika Nabi memengang tangan Muadz bin Jabal dengan mesra seraya berkata :

"Hai Muadz, demi Allah sesungguhnya aku amat menyayangimu". Beliau melanjutkan sabdanya, "Wahai Muadz, aku berpesan, janganlah kamu tinggalkan pada tiap-tiap sehabis shalat berdo'a : Allahumma a'innii `alaa dzikrika wa syukrika wa husni `ibaadatika (Ya Allah,tolonglah aku agar senantiasa ingat kepada-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan baik dalam beribadat kepada-Mu)".

Mengapa kita perlu memohon pertolongan Allah dalam berdzikir dan bersyukur ?

., Tanpa pertolongan dan bimbingan Allah amal perbuatan kita akan sia-sia. Sebab kita tidak akan sanggup membalas kebaikan Allah kendati banyak menyebut asma Allah; Menyanjung, memuja dan mengaungkan-Nya. Lagi pula, hakikat syukur bukanlah dalam mengucapkan kalimat tersubut, kendati ucapan tersebut wajib dilakukan sebanyak-banyaknya.

Al Junaid seorang sufi, pernah ditanya tentang Makna (hakikat) syukur. Dia berkata, "Jangan sampai engkau menggunakan nikmat karunia Allah untuk bermaksiat kepada-Nya".

Lantas, adakah sesuatu yang bukan nikmat Allah. Kita taat dengan menggunakan karunia dan izin Allah. Bahkan ketaatan itu sendiri merupakan karunia dan hidayah Allah. Sebaliknya, seseorang yang melakukan maksiat pun sudah pasti dengan menyalahgunakan nikmat Allah dan akibat kesalahannya sendiri.

Ketika kita menerima pemberian Allah kita memuji-Nya, tetapi ini sama sekali belum mewakili kesyukuran kita. Pujian yang indah dan syahdu saja belum cukup, dia baru dikatakan bersyukur bila diwujudkan dalam bentuk amal shaleh yang diridhai Allah.

Abu Hazim Salamah bin Dinar berkata, "Perumpamaan orang yang memuji syukur kepada Allah hanya dengan lidah, namun belum bersyukur dengan ketaatannya, sama halnya dengan orang yang berpakaian hanya mampu menutup kepala dan kakinya, tetapi tidak cukup menutupi seluruh tubuhnya. Apakah pakaian demikian dapat melindungi dari cuaca panas atau dingin ?"

Kenikmatan, yang oleh Imam Ghozali dikatakan sebagai kebahagiaan, kebaikan, kekuatan dan segala macam keinginan yang dapat terpenuhi dan kita rasakan, pada hakekatnya terbagi dua macam, yaitu:

* (1). kenikmatan yang bersifat fitri Atau Azazi, yakni kenikmatan yang diberikan Allah sejak manusia dilahirkan. Misalnya telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, hati (akal) untuk berfikir, serta alat-alat tubuh lain yang diperlukan.
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur ".(An-Nahl;78)
(2). Kenikmatan yang dirasakan pada waktu yang akan datang (tidak langsung diberikan ketika lahir). Yang termasuk kedalam kenikmatan ini adalah, bumi dan semua yang terkandung didalamnya untuk manusia.


Demikian besar dan terlau seringnya kita menerima dan merasakan nikmat Allah. Hingga sering kali kita lupa, bahwa apa yang kita terima dan rasakan itu merupakan nikmat. Seperti halnya pada orang yang sehat, karena berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dalam keadaan sehat, maka ia sama sekali tidak merasa bahwa kesehatannya itu merupakan nikmat. Baru ketika terserang penyakit, ia akan merasa betapa besar nikmat berupa kesehatan itu.
kalau Nabi Muhammad sendiri sebagai orang yang ma'sum atau terpelihara dari dosa saja merasa takut tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang bersyukur, apakah lalu kita yang berlumuran dosa ini tidak merasa malu untuk menerima pemberian-Nya tanpa mau bersyukur kapada-Nya? Sebagai orang mukmin kita tentu tidak ingin mengabaikan perintah Allah, sebagai mana tersirat dalam Al-Qur'an Surat An-Nahl;144, yang artinya;
"Bersyukurlah terhadap nikmat Allah, jika kamu sungguh-sungguh menyembah kepada-Nya".
Adapun tentang cara-cara bersyukur itu ada tiga macam, yaitu:

* (1).bersyukur dengan hati. Maksudnya, ia merasa yakin bahwa segala macam kenikmatan itu datangnya dari Allah.
"Dan apa saja ni'mat yang ada padamu, maka dari Allahlah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemadhorotan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan".(Al-Nahl;53)
(2). Bersyukur dengan lesan. Maksudnya dengan memperbanyak bacaan Hamdalah (Al-Hamdulillah).
"Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebutkannya (bersyukur)".(Adh-Dhuhaa;11)
(3). Bersyukur dengan semua anggota badan.




Syukur sejati terungkap dalam seluruh sikap dan perbuatan, dalam amal perbuatan dan kerja Nyata.

Amin
dzikir.org


.::Artikel Menarik Lainnya::.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar