”Alhamdulillah kondisi umat Islam di Amerika Serikat baik-baik saja. Umat Islam terus bertambah banyak di Amerika Serikat, baik sebelum maupun sebelum peristiwa 11 September,” kata Mohammad Kudaimi, angota Nawawi Fondation, sebuah lembaga pendidikan yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat. Ia bertutur kepada Republika di sela-sela kunjungannya ke Pesantren Khusus Yatim As-Syafi’iyah, Jatiwaringin Bekasi, Jawa Barat, awal bulan ini.
Pria keturunan Syria yang sudah menetap di AS selama lebih dari 25 tahun itu kini menjadi warga negara AS. Lima tahun belakangan ini, ia aktif di yayasan itu. Mengutip sebuah koran yang terbit di AS, ia menyebut Islam merupakan agama yang paling cepat perkembangannya di Amerika Serikat. bahkan, ia sedikit meralat redaksional tulisan itu. ”Mestinya juga ditambahkan, setiap harinya di AS, selalu ada warga negara Amerika yang memeluk Islam,” ujarnya.
Apa yang diungkapkannya, kata dia, adalah fakta sesungguhnya yang terjadi di AS. Lembaganya turut membantu para mualaf mengikrarkan syahadat dan membantu mereka memahami Islam dengan lebih baik. Bagi Kudaimi, sulit untuk memahami fenomena kontradiktif ini. Logikanya, setelah terjadinya peristiwa 11 September,
Menurutnya, kondisi umat Islam di Amerika Serikat saat ini dalam keadaan baik, kendati kerap menjadi sasaran kaum yang fobia terhadap Islam. Berbeda dengan Muslim di Inggris maupun Prancis, kata dia, maka umat Muslim di Kanada dan AS umumnya adalah kaum terdidik. “Seperti kita tahu, sejak 60 tahun yang lalu Amerika membutuhkan banyak insinyur, dokter, dan tenaga profesional lainnya. Banyak dari mereka berasal dari Asia, Timur Tengah, dan Afrika dan Muslim.
”Karena itu, tak sedikit di antara mereka yang hadir kali ini ke Indonesia, awalnya adalah orang-orang keturunan dari berbagai bangsa di India, Pakistan, dan beberapa negara lain,” kata dia, menyebut 99 anggota rombongannya yang berasal dari berbagai organisasi keislaman di AS. Pesatnya perkembangan Islam di AS diakui Dr Umar Faruq Abdullah, ketua Nawawi Fondation. Saat ini tak kurang dari tujuh juta warga AS yang memeluk agama Islam. ”Agama Islam terus berkembang di Amerika Serikat dan tetap survive,” kata Umar.
Menurut dia, 90 persen umat Islam di AS itu adalah mereka yang lahir di Amerika. ”Jadi umat Islam di Amerika memiliki potensi dan kemampuan beragam, dan kini mereka bergabung dalam sebuah lembaga pendidikan Nawawi Fondation,” kata dia. Kunjungannya ke Indonesia, kata dia, adalah untuk mempelajari bagaimana dakwah kultural bisa efektif dilakukan di Indonesia. ”Kami ajak mereka ke sini agar nantinya mereka bisa menampakkan Islam di tengah-tengah msyarakat Amerika,” tegasnya.
Ketika ditanya benarkah anggapan yang menyebutkan umat Islam di Amerika Serikat mengalami pertumbuhan yang sangat mencengangkan setelah peristiwa 11 September, guru besar Dirosah Islamiyah Chicago ini menegaskan, ”Pandangan seperti in sungguh bohong dan keji.”Menurutnya, justru tak sedikit Muslim yang menjadi murtad sebagian terpaksa menjadi murtad setelah peristiwa itu. Para mualaf itu menjadi Muslim karena mereka melihat perjuangan dan kesungguhan tokoh-tokoh Islam dalam mengembangkan Islam di AS. ”Alhamdulillah, kebaikan masih tetap ada di AS. Allah memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Atas izin Allah, Alhamdulillah banyak yang dibukakan pintu hatinya,” tegas Umar.
Sedangkan dikaitkannya Islam di AS dengan terorisme, sehingga warga AS membenci umat Islam, adalah berkat ulah kaum fasid (perusak). Umar menambahkan, Islam yang benar adalah Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan para aulia (para wali, red). ”Islam yang membawa kecintaan dan perdamaian, Islam yang membawa rahmat bagi semua alam,” ujarnya.
Lebih lanjut Umar mengungkapkan, dengan keutamaan dan kelebihannya sendiri, Islam berkembang di wilayah Amerika Serikat. ”Bahkan hingga umat Islam dalam kondisi yang teramat buruk, tapi semata-mata karena keutamaan dan kelebihan Islam, maka Islam berkembang di Amerika.”Nawawi Fondation merupakan sebuah lembaga pendidikan yang bermarkas di Chicago Amerika Serikat. Kegiatan mereka difokuskan pada pemberdayaan umat Muslim di AS dan Kanada. Belakangan, mereka melebarkan sayapnya ke Inggris. Selain mengelola berbagai lembaga pendidikan Islam, secara rutin setiap tahun mereka juga mengelola rihlah tarikhiyah (wisata sejarah). Negara-negara yang dikunjungi adalah negara-negara yang memiliki sejarah perkembangan Islam seperti di China, Malaysia, dan Turki.
Tahun ini, tujuan kunjungan mereka adalah Indonesia, khususnya adalah Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Cirebon, dan Jakarta. ”Kami ingin mendapatkan informasi lebih mendalam tentang perjuangan tokoh-tokoh Islam di Jawa seperti yang dilakukan Wali Songo,” kata dia. Saat ini, kata dia, pihaknya ingin membangun sebuah komunitas Muslim yang kokoh di AS. ”Kami ingin banyak belajar tentang bagaimana mereka membumikan Islam,” tambahnya.
“Bakal Menjadi Terbesar Kedua Setelah Kristen”
Islam adalah salah satu agama yang berkembang paling cepat di AS. bahkan, sesuai prakiraan yang dimuat dalam lembar fakta Departemen Luar Negeri AS, pada tahun 2010, jumlah penduduk Muslim AS diperkirakan akan melampui jumlah kaum Yahudi, dan menjadikan Islam agama terbesar nomor dua di negara itu setelah agama Kristen.
Masyarakat Muslim Amerika merupakan sebuah mosaik kebudayaan, para anggotanya berasal dari kelima benua. Sesungguhnya, menurut sebuah penelitian baru-baru ini, kebanyakan kaum Muslim adalah imigran – 77,6 persen berbanding 22,4 persen yang lahir di AS. Penelitian itu juga menunjukkan asal-usul masyarakat Muslim sebagai berikut: 26,2 persen dari Timur Tengah (Arab); 24,7 persen dari Asia Selatan; 23,8 persen Amerika keturunan Afrika; 11,6 persen lain-lain; 10,3 persen Timur Tengah (non-Arab); dan 6,4 persen Asia Timur.
Meskipun di Amerika Serikat tidak ada catatan jumlah penduduk berdasarkan agama, para pakar memperkirakan bahwa kaum Muslim di Amerika berjumlah sekitar enam juta jiwa. Pekiraan-perkiraan lain berkisar antara empat dan delapan juta jiwa. The Britannica Book of the Year memperkirakan bahwa pada pertengahan tahun 2000 terdapat 4.175.000 Muslim di Amerika Serikat, 1.650.000 di antaranya berasal dari kalangan Amerika keturunan Afrika.
Rata-rata 17.500 Amerika keturunan Afrika berpindah ke agama Islam tiap tahun antara 1990 dan 1995. Kelompok-kelompok Muslim pertama di Amerika yang datang dalam jumlah besar berasal dari Afrika Barat antara tahun 1530 sampai 1851 karena adanya perdagangan budak. Mereka terdiri dari sekitar 14 persen sampai 20 persen dari ratusan ribu orang Afrika Barat yang dipaksa pindah dari tanah leluhur mereka.
Jumlah kaum Muslim berikutnya yang datang ke Amerika Serikat dalam jumlah besar terjadi pada awal abad ke-20. Mereka datang dari Libanon, Suriah dan negara-negara lain di seluruh Kekhalifahan Otsman (Turki). Pada masa Pasca-perang Dunia II, selama 1960-an dan 1970-an, terjadi gelombang imigran ketiga terbesar dari seluruh dunia Islam.
Gelombang ini mencakup juga banyak kaum Muslim yang datang untuk belajar di universitas-universitas Amerika. Kira-kira sepertiga kaum Muslim Amerika hidup di Pantai Timur (32,2 persen), 25,3 persen hidup di kawasan Selatan, 24,3 persen di kawasan Tengah, dan 18,2 persen di kawasan Barat. Ada sekitar 2000 masjid di seluruh negeri serta berbagai sekolah Islam yang berlangsung pada hari biasa, dan sekolah islam yang berlangsung pada hari Minggu serta akhir minggu. n dam/dari lembar fakta departemen luar negeri AS (Sumber Republika Online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar