Selama ini orang mematikan nyamuk dengan menggunakan insektisida meski ada efek sampinya karena kandungan berbagai zat kimia yang berbahaya. Kini nyamuk bisa dibasmi dengan menggunakan gelombang ultrasonik.
Karena efek negatif penggunaan insektisida maka dibutuhkan solusi pengendalian nyamuk yang lebih aman. Penanganan nyamuk cukup penting karena serangga ini bisa menimbulkan berbagai macam penyakit seperti demam berdarah (Aedes aegypti), penyakit kaki gajah (Culex quinquefasciatus) dan juga penyakit malaria (Anopheles aconitus).
"Kebanyakan hewan punya kemampuan mendengar yang lebih tinggi dibanding manusia dan tingginya gelombang tersebut menyebabkan terganggunya sistem rangsangan auditori (pendengaran) mereka," ujar pakar entomologi dari FKH IPB, Dr Upik Kesumawati Hadi, MS dalam acara LG Journalist Class Teknologi Ultrasonik Teruji membunuh Nyamuk Demam Berdarah, di Hotel Crowne, Jakarta, Kamis (8/10/2009).
Upik menambahkan pancaran gelombang ultrasonik yang mengenai nyamuk akan mengakibatkan terganggunya antena pada nyamuk yang berfungsi sebagai indera penerima rangsangan, sehingga nyamuk akan merasa tidak nyaman dan terganggu keseimbangannya yang nantinya bisa menyebabkan nyamuk tersebut mati. Hal ini sangat berguna untuk membunuh nyamuk penyebab demam berdarah yang tercatat hingga Juli 2009 telah 77.000 orang terjangkit hampir di seluruh Indonesia.
Dalam melakukan pengujian terhadap kemampuan dari gelombang ultrasonik,
"Jika usia nyamuk di atas 6 hari metabolismenya sudah menurun, sehingga ditakutkan nyamuk mati bukan karena ultrasonik," ujar pakar Entomologi Kesehatan IPB ini.
Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan persentase nyamuk Aedes aegypti yang mati akibat terkena gelombang ultrasonik 30 kHz sampai 100 kHz selama 24 jam mencapai 74 persen. Dan pancaran gelombang ultrasonik ini bisa mencapai 5 meter.
Dalam penelitian ini juga diuji apakah ultrasonik tersebut bisa berdampak negatif terhadap manusia atau tidak dengan melakukan pengujian biomedis. Pengujian ini menggunakan hewan percobaan monyet berekor panjang (Macaca fascicularis) yang secara filogenik dan fisiologis memiliki kemiripan relatif dengan manusia. Parameter yang diuji adalah perilakunya, hematologi, kimia darah, fungsi jantung dan metabolismenya.
Ternyata tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara monyet yang terkena gelombang ultrasonik dengan monyet yang digunakan sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa gelombang tersebut tidak berbahaya.
"Sistem tangkap dari gelombang ultrasonik hanya pada auditory (pendengaran) sehingga tidak menggangu sistem tubuh seperti darah atau jantung, sedangkan sensitifitas frekuensi suara yang bisa ditangkap manusia adalah 20 Hz sampai 20 kHz," tambah Upik.
Berdasarkan hasil tersebut maka gelombang ultrasonik cukup efektif untuk membunuh nyamuk terutama Aedes aegypti yang bisa menyebabkan penyakit demam berdarah, dan gelombang ini tidak akan memberikan efek yang buruk terhadap kesehatan manusia.
.::Artikel Menarik Lainnya::.
- Ujian Praktek SIM Cukup Pakai Simulator
- Bisa Tertawa, Robot Jadi Kembaran Manusia
- Mahasiswa ATW Solo Ciptakan Mobil Tenaga Surya Rp 10 Juta
- Peneliti UI Kembangkan Ragi Jadi Produk Unggulan
- LIPI Kembangkan Bioelektrik
- LIPI Patenkan Cara Baru Pengolahan Limbah
- Pertama di Dunia, Kamera dan Proyektor Menjadi Satu
- Kendaraan Serba Bisa dengan Harga Terjangkau
- Nao-Paro, Robot Penyembuh Alzheimer dan Autis
- Robot ular untuk perang
- MISI APOLLO 11 Manusia Belum Pernah Mendarat di Bulan
- Robot koki yang bisa masak
- Gerakkan Kursi Roda dengan Kekuatan Pikiran
- Robot Siap Racik Mie Lezat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar