Catatan dari Tatarstan
Kazan -Keramahan muslim Kazan sungguh di luar dugaan. Begitu keluar dari imigrasi bandara, seseorang mengaku bernama Ramil yang berpakaian resmi (jas dan dasi) menyambut dengan senyum merekah. “Assalamu’alaikum. Selamat datang di Kazan,” ujarnya.
Saya jadi kurang enak karena pakaian ala smart casual. “Hari ini saya akan seharian menemani Saudara dengan satu mobil dan sopirnya. Maklum, masjid baru itu berada di luar kota. Kalau jalan sendiri bisa-bisa tidak sampai,” tambahnya sambil tersenyum. Tampak keikhlasan di raut mukanya yang oval.
Perjalanan dari bandara rupanya tidak langsung ke tempat peresmian masjid yang baru akan dilaksanakan jam satu siang. Berarti masih ada 3 jam tersisa. Dari dalam mobil sangat jelas bagaimana kota kecil ini terlihat sangat bersih dan rapi. Tanaman dan bunga tertata dengan baik, sedangkan aspalnya sungguh sangat mulus seperti di Eropa Barat.
Sambil mendengarkan sejarah Islam masuk Tatarstan yang disampaikan Ramil, tiba-tiba mobil jeep baru yang kita tumpangi itu berbelok ke sebuah pertokoan, yang di sebelahnya terdapat bangunan masjid baru dengan keindahan arsitektur setempat.
Di pintunya tertera nama masjid: Ummahat (Sang Ibu). Sungguh simbol penghargaan dan
Jam menunjukkan pukul 09.30. Kami masuk ke sebuah bangunan, yang kemudian baru kami ketahui ternyata sebuah restoran. Satu meja telah disiapkan dengan makanan lengkap, mulai dari pembuka berupa roti dan sup, makanan utama (nasi plus ikan) serta roti manis sebagai penutupnya. Bahkan di situ juga telah hadir pemilik mobil yang kami pakai hari itu.
“Di sini, makan pagi selalu berat karena kita memerlukan kekuatan untuk bekerja pada siang harinya,” ujar pia yang dipanggil Haji Rustam Gataulin.
Sambil goyang lidah, Rustam menceritakan bahwa di Negara Bagian Tatarstan perkembangan Islam sangat bagus. Jumlah jamaah hajinya setiap tahun terus naik dan tahun lalu mencapai lebih dari 3.000 orang. Bahkan untuk memenuhi kehausan rohani, telah didirikan Universitas Islam Rusia (UIR) yang kini memiliki ratusan mahasiswa.
“Di zaman komunis, masjid kami bisa dihitung dengan jari. Sekarang di seluruh negeri Tatarstan sudah lebih dari seratus. Hampir setiap seminggu sekali kita meresmikan masjid baru,” ujarnya bangga.
Setelah beramah tamah dan keliling kota, kami segera menuju tempat peresmian masjid. Karena tempatnya di pelosok, sang sopir beberapa kali salah jalan dan terpaksa tanya sana sini. Setelah melewati ladang, perumahan serta jalan setapak, sampailah kami di sebuah kompleks yang terlihat masih agak baru.
Dari kejauhan terlihat banyak orang, laki perempuan berkumpul di depan bangunan cantik unik. Di sampingnya terlihat mobil berderet-deret. Pastilah di situ acara peresmian masjid yang sedang kami buru. (Bersambung)
M. Aji Surya dari Kazan, Tatarstan, Rusia (es/es)
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar