Oleh: Ahmad Arif Ginting
Dalam konteks keindonesiaan, Ramadhan memiliki makna sangat istimewa dan membawa keberkahan tersendiri bagi bangsa ini; proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan pada hari Jum’at tanggal 9 Ramadhan 1364 H. Sungguh, bukanlah sebuah kebetulan jika ternyata Allah menganugerahkan kemenangan demi kemenangan kepada umat Islam pada bulan Ramadhan.
Ramadhan tahun ini seperti mengulang sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Peringatan ke-67 tahun Indonesia Merdeka tahun ini bertepatan dengan tanggal 28 Ramadhan 1433 H juga jatuh pada hari Jumat yang merupakan sayyid al ayyam (hari terbaik dalan satu pekan). Hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia tercinta hampir bersamaan dengan kemerdekaan dan kelahiran kembali setiap insan beriman usai berpuasa sebulan lamanya.
Secara politik, para ahli sejarah mencatatkan bahwa sejak sebelum masa-masa awal kemerdekaan Republik Indonesia, para tokoh pergerakan nasional kerapkali memanfaatkan momentum Idul Fitri sebagai media untuk menyatukan seluruh elemen kekuatan bangsa guna menghadapi ancaman penjajah dan mengatasi multi krisis pada waktu itu.
Pada masa-masa itu, bangsa Indonesia tidak sekadar mendapat ancaman dari penjajahan Belanda kemudian Jepang yang bermaksud menguasai Indonesia selepas membantu Indonesia dalam mengusir Belanda, tetapi juga ancaman krisis ekonomi dan politik akibat perpecahan di kalangan tokoh pergerakan nasional. Puncaknya, pada tahun 1946, sejumlah tokoh pergerakan nasional berhasil mendorong Presiden Soekarno untuk merayakan Idul Fitri dengan mengundang tokoh-tokoh pergerakan yang berasal dari latar belakang dan pendirian politik yang berbeda-beda. Dengan itu Idul Fitri tidak hanya menjadi momentum untuk saling memaafkan, namun juga sebagai ajang untuk menegaskan kesadaran agar menerima keragaman dan perbedaan tapi tetap dalam semangat persatuan dalam menghadapi ancaman bersama segenap anak bangsa.
www.hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar