Merry Wahyuningsih
Calcutta, India, Limbah cangkang atau kulit telur tampaknya belum banyak dimanfaatkan orang. Tapi penelitian terbaru menemukan bahwa kulit telur dapat membantu mengatasi perubahan iklim.
Peneliti dari University of Calcutta, India, telah menunjukkan bahwa membran yang melapisi cangkang telur dapat menyerap gas rumah kaca karbon dioksida dari atmosfer, bahkan hampir tujuh kali lipat dari berat telur itu sendiri.
"Karbon dioksida yang terangkap sementara dapat disimpan dalam bentuk ini, sampai metode energi yang efektif untuk menggunakan gas ini dapat ditemukan. Nantinya diharapkan tidak akan terjadi lagi masalah lingkungan yang terkait emisi karbon," tutur Basab Chaudhuri, pemimpin penelitian dari University of Calcutta, seperti dilansir Medindia, Senin (1/11/2010).
Chaudhuri menjelaskan bahwa cangkang telur terdiri dari tiga lapisan, yaitu kutikula
pada lapisan luar, serta kandungan kalsium kenyal pada lapisan tengah dan dalam.
Lapisan tengah dan dalam terdiri dari serat protein yang terikat pada karbonat kalsium. Membran inilah yang dapat menyerap gas CO2 dan berada tepat di bawah kulit dengan ketebalan sekitar 100 mikrometer.
"Untuk mendapatkan membran ini, kami harus memisahkan membran dari kutikula. Pemisahan membran saat ini bukan merupakan proses yang efisien," jelas Chaudhuri.
Tapi menurut peneliti yang dipimpin Chaudhuri, asam lemah dapat membantu dan bisa digunakan untuk memisahkan membran dari cangkang yang akan digunakan sebagai adsorben (penyerap) karbon dioksida.
"Pemisahan mekanis ini akan dibuat untuk proses skala industri. Namun, setiap orang juga bisa mengurangi tingkat CO2 dengan mengekspos membran pada cangkang telur setelah ia makan telur," tutup Chaudhuri.
Studi ini telah diterbitkan dalam International Journal of Global Warming pada bulan Oktober lalu.
(mer/ir)
detikhealth.com
baca selanjutnya »»
Lapisan tengah dan dalam terdiri dari serat protein yang terikat pada karbonat kalsium. Membran inilah yang dapat menyerap gas CO2 dan berada tepat di bawah kulit dengan ketebalan sekitar 100 mikrometer.
"Untuk mendapatkan membran ini, kami harus memisahkan membran dari kutikula. Pemisahan membran saat ini bukan merupakan proses yang efisien," jelas Chaudhuri.
Tapi menurut peneliti yang dipimpin Chaudhuri, asam lemah dapat membantu dan bisa digunakan untuk memisahkan membran dari cangkang yang akan digunakan sebagai adsorben (penyerap) karbon dioksida.
"Pemisahan mekanis ini akan dibuat untuk proses skala industri. Namun, setiap orang juga bisa mengurangi tingkat CO2 dengan mengekspos membran pada cangkang telur setelah ia makan telur," tutup Chaudhuri.
Studi ini telah diterbitkan dalam International Journal of Global Warming pada bulan Oktober lalu.
(mer/ir)
detikhealth.com